Psikologi Pendidikan - Definisi Belajar
Cover
Psikologi Pendidikan
Definisi Belajar
Menurut
A.De Block dan C. van
Parreren
Pendidikan
Bahasa Arab
Fakultas
Pendidikan Bahasa
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
segala puji
hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkah, rahmat,
taufiq, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami, tim
penyusun, dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Psikologi Pendidikan : Definisi belajar menurut A.De Block dan C. van
Parreren”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua kami serta Ustadzah
Fitri Zakiyah, M.Pd. selaku dosen Psikologi Pendidikan yang telah memberikan
dukungan dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kepahaman dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun
kami berharap isi
dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang
kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat lebih baik lagi.
Akhir
kata, kami berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Bantul, Oktober 2015
Tim
Penyusun
Kelompok V
PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai
berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak
manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan
karakteristik penting yang membedakan manusia dengan mankhluk hidup lainnya.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak
dapat dilihat dari luar, apa yang sedang terjadi pada diri seseorang yang sedang belajar tidak
dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut. Bahkan,
hasil belajar seseorang tidak dapat langsung kelihatan, tanpa orang itu
melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui
belajar.
Dalam belajar, proses yang terjadi tidaklah
bersifat tunggal semata, terdapat beberapa jenis belajar yang masing - masing
memiliki ciri dan karakter yang berbeda-beda, walaupun semuanya sama merupakan
suatu proses belajar.
Ada beberapa pembagian jenis belajar,
tentunya tiap tokoh akan berbeda sesuai dengan sudut pandang yang dimiliki oleh
tokoh tersebut. Dalam makalah ini nantinya akan di bahas tentang jenis belajar
menurut dua tokoh yaitu A. De Block dan C. Van Perreren.
PENGERTIAN
BELAJAR
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi
hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku
tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan
keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). [1]
Menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis,
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
nilai dan sikap.
Menurut James O. Whittaker yang dikutip oleh
Syaiful Bahri Djamarah (2011) merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. [2]
Menurut Cronbach belajar yang
sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar
menggunakan panca inderanya. [3]
Howard L. Kingskey mengatakan
bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan. [4]
Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang
belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.[5]
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan para
ahli tersebut diatas maka dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga
yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.
Tentu saja prubahan yang didapat itu bukan prubahan fisik, tetapi perubahan
jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Dengan demikian, maka
perubahan fisik akibat sengatan serangga, patah tangan patah kaki, buta mata
dan lain sebagainya bukanlah termasuk perubahan dalam belajar. Oleh karenanya,
perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan
sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan”
(Slameto, 1991:2). Definisi inimenyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar
merupakan suatu usaha untuk mencapai
tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua,
perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Dengan demikian,
seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar mereka
menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Misalnya, mereka
menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, keterampilan meningkat, sikapnya semakin positif, dan sebagainya. Secara
singkat, dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku tanpa usaha dan
tanpa disadari bukanlah belajar. Dari pengertian belajar di atas, maka
kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses
belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil
belajar.[6]
Jadi belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor. [7]
PEMBAHASAN
A. RANAH BELAJAR MENURUT A. DE BLOCK
Secara umum dalam proses belajar melibatkan
beberapa aspek, yaitu aspek kognotif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Namun karena dinilai terdapat kesamaan dan adanya keterikatan antara satu
dengan yang lain, fungsi konatif / dinamik dan fungsi afektif sering dinilai
sebagai dua komponen dalam satu aspek kepribadian. Demikian pula antara fungsi
sensorik dan motorik yang juga saling berkaitan sebagai sebagai dua komponen
dalam satu aspek kepribadian.
A. De Block menilai bahwa masing –
masing fungsi tersebut berdiri sendiri, artinya fungsi dinamik dan fungsi
afektif sebagai fungsi tersendiri meskipun di satu sisi antara satu dengan yang
lain saling berkaitan. Adapun sistematika bentuk belajar A. De Block sebagai berikut :
A.
Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1)
Belajar dinamik/konatif
Bentuk belajar ini mempunyai ciri khas
bahwa dalam belajar terdapat suatu kehendak, sehingga tidak
menyebabkan seseorang mudah menyerah dan tidak menghendaki semua hal.
Berkehendak merupakan aktivitas psikis yang terarah pada pemenuhan kebutuhan
yang disadari dan dihayati. Secara umum kebutuhan terbagi dua macam, yaitu
kebutuhan biologis, dan kebutuhan psikologis. Kesadaran terhadap adanya
kebutuhan mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu agar terpenuhi
kebutuhannya. Perkembangan zaman telah mengantarkan manusia pada era
globalisasi, dimana kebutuhan manusia tidak sebatas pada dapat terpenuhinya
kebutuhan biologis dan psikologis, melainkan dengan apa kebutuhan tersebut
terpenuhi. Lebih dari itu kerap dijumpai adanya dua kebutuhan atau lebih yang
menuntut harus segera terpenuhi. Tentu saja dalam situasi seperti ini
dibutuhkan suatu penilaian yang sungguh terhadap masing – masing kebutuhan,
sehingga dapat memutuskan kebutuhan mana yang mendesak utuk dipenuhi, ditunda
pemenuhannya, bahkan dikorbankan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahuai
bahwa berkehendak dan berkemauan tidak diperoleh ketika lahir (bayi), melainkan
berkembang melalui proses belajar yang terarah. Berkehendak dan berkemauan
secara dewasa mempunyai ciri - ciri : mendalam, tekun, rela menunda bila perlu,
sabar, penuh pertimbangan, penuh keberanian, dan mampu menentukan prioritas
diantara beberapa kebutuhan
2)
Belajar
afektif
Ciri khas belajar afektif adalah belajar untuk
menghaati nilai – nilai dari obyek yang dihadapi melalui alam
perasaan, dabn belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspersei
yang wajar. Obyek yang dinilai tidak sebatas pada manusia, namun dapat berupa
feneomena atau kejadian. Dalam belajar afektif ini seseorang akan
menghayati sungguh – sungguh suatu obyek, apakah obyek tersebut bernilai bagi
dirinya atau tidak. Hasil penilaian ini akan kembalai pada perasaan individu,
artinya jika obyek dinilai sebagai sesuatu yang bernilai
maka kan menimbulkan perasaan senang dan sebaliknya jika obyek
dianggap / dinilai sebagai sesuatu yang kurang / tidak bernilai akan
menimbulkan perasaan kurang senang pada diri penilai. Perasan senag meliputi
sejumlah rasa yang lebih spesifik, seperti rasa puas, gembira, rasa simpati ,rasa
saying dan sebagainya. Perasaan tidak senang meliputi takut, gelisah, cemas,
marah, cemburu.
Fungsi afektif dan dinamik berkaitan satu
dengan yang lain., sebab setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan
setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan. Setiap
peserta didik wajib mendapatkan ranah belajar afektif agar dapat mengungkapkan
perasaan dalam ekspresi yang wajar dan diterima oleh masyarakat. Dalam wadah
pendidikan diharapkan ranah ini mmapu menumbuhkembangkan sehingga alam perasaan
peserta didik menjadi kaya dan luas.
3)
Belajar kognitif
Ciri khas ranah belajar kognitif terletak dalam
belajar memperoleh dan menggunakan bentuk – bentuk representasi yang mewakili
obyek – obyek yang dihadapi. Obyek tersebut direpresentasikan atau dihadirkan
dalam dri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang semuanya
merupakan sesuatu yang bersifat mental.
Kemampuan kognitif ini harus dikembangkan
melalui belajar. Kemampuan bahasa sangat membantu kemajuan kognitif, sebab
berfungsi dalam upaya mengungkapkan gagasann dan pikiran .
4)
Belajar senso – motorik
Ranah belajar senso – mtotorik mempunai ciri
khas yang terletak dalam belajar menghadapi dan menganagi obyek – obyek secara
fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Menurut Piaget, belajar senso –
motorik merupakan dasar bagi belajar berpikir. Mengamati obyek dan memeganag
serta menganai benda, mendasari perkembangan berpikir. Dalamberpikir orang “
mempermainkan ” realita lingkungan hidupnya dalam bentuk representative. Tanpa
pengamatan yang cermat dan penanganan secara konkret usaha untuk mengembangakn
bentuk representasi mental yang tepat cukup sulit dilakukan.
Para ahli psikologi yag lain menekankan
peranan belajar sensi – motorik untuk perkembangan afektif seseorang. Misalnya
sentuhan jasmani, kontak mata, memeganag peranan dalam hubungan kasih sayang
antara satu dengan yang lain.
B.
Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
1)
Belajar teoritis
Bentuk belajar ini mempunyai tujuan menempatkan
semua data dan fakta ( pengetahuan ) dalam suatu kerangka organisasi mental,
sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem seperti terjadi
dalam dalam bidang – bidang ilmiah. Maka diciptakan konsep – konsep. Relasi –
relasi diantara konsep dan struktur hubungan. Seperi konsep bujur sangkar
mencakup semua bentuk persegi empat; tumbuhan dibagi dalam genus dan species.
Juga dikembangkan metode untuk memecahkan problem secara efisien dan efektif,
misalnya dalam penelitian fisika.
2)
Belajar teknis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan – keterampilan, dalam menagani dan
memeganag benda – benda serta menyusun bagian - bagian materi menjadi suatu
keseluruhan, misalnya belajar mengetik. Jenis belajar ini sering disebut
belajar motorik. Adapun belajar teknis meliputi fakta seperti siapa penemu
pertama, konsep – konsep,; relasi – relasi seperti hubungan antara besarnya
energi dan tenaga yang duhasilkan; metode memecahkan problem teknis seperti
mencari sebab mobil yang tidak dapat dihidupkan
3)
Belajar sosial / bermasyarakat
Belajar bermasyarakat mempunyai tujuan
mengelang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Belajar
ini meliputi fakta, seperti didirikannya Badan Perserikatan Bangsa untuk
mengatur ekhidupan masyarakatdalam ringkat internasional; konsep – konsep
seperti solidaritas, penghargaan dan kerukunan; relasi seperti hubungan antara
penindasan dan pemberontakan; metode – metode seperti sopan santun, tata cara
bermusyawarah dan sebagainya.
4)
Belajar estetis
Belajar ini bertujuan untuk membentuk kemampuan
menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian. Belajar
estetik meliputi fakta, seperti naam Mozzart sebagai pengubah musik klasik;
konsep – konsep seperti ritme, tema dan komposisi; relasi – relasi seperti
hubungan antara bentuk dan isi; metode – metode seperti menilai mutu dan
originalitas suatu karya seni.
C.
Bentuk
belajar yang tidak begitu disadari
1)
Belajar incidental
Belajar incidental dua hal yang berbeda namun
salah satu hal diplejari tanpa unsure kesengajaan. Hasil belajar insidnetal
terbatas pada pengetahuan tentang fakta dan data.
2)
Belajar dengan mencoba-coba
Belajar dengan mencoba – coba adalah jenis
belajar yang didapatkan dengan mencoba-coba. Hal ini biasanya terjadi karena
belum ada teori yang mendahului untuk dipelajari.
3)
Belajar tersembunyi
Belajar tersembunyi ( latent learning )
merupakan belajar tanpa maksud . Tidak ada maskud disini hanya terdapat pada
pihak yang belajar. Misalnya dalam mengajar di sekolah guru merencanakan agar
siswa belajar sesuatu, namun mereka ( siswa ) tidak menyadari apa tujuan guru
memberikan materi ini.
Dalam belajar incidental baik guru ataupun
siswa sama tidak menyadari tentang hal yang dipelajari, sedangkan belajar
tersembunyi ketidaktahuan hanya berada pada pihak siswa .
B. RANAH BELAJAR MENURUT C. VAN PARREREN
C. Van Parreren
menaruh banyak perhatian pada variasi dalam bentuk atau jenis belajar. C. Van
Parreren juga menekankan perlunya menentukan ciri-ciri khas dari hasil belajar
yang kemudian menemukan menemukan kekhusussan dari proses belajar yang dilalui
untuk sampai pada hasil itu, dan akhirnya memikirkan syarat-syarat yang berlaku
pada proses belajar semacam itu.
C. Van Parreren
membedakan antara aktivitas kognitif dan aktivitas non-kognitif. Dalam
aktivitas kognitif, prestasi diberikan berdasarkan mengetahui, berpikir,
mempertimbangkan, membandingkan, memilih dan lain sebagainya, yang semuanya
disertai dengan kesadaran tinggi. Aktivitas non-kognitif, dimana prestasi
diberikan berdasarkan mengangkat, menurunkan, memindahkan, menaikkan,
memutarkan dan lain sebagainya, yang semuanya berlangsung dengan sendirinya
(secara otomatis), tanpa disertai kesadaran tinggi mengenai apa yang dibuat dan
dan mengapa dibuat begitu.
C. Van Parreren
mengelompokkan proses-proses belajar dalam kelompokkan proses-proses belajar
dalam kelompok yang membawa kemampuan kognitif dan kelompok yang membawa ke
kemampuan yang non kognitif. Dalam belajar disekolah, kelompok proses belajar
yang pertama sangat menonjol peranannya dan, karena itu mendapat perhatian
khusus dalam psikologi pengajaran.
Adapun
bentuk-bentuk sebagaimana dikembangkan oleh Van Parreren, secara lengkap,
adalah sebagai berikut:
a.
Membentuk otomatisme
Membentuk
otomatisme. Bentuk belajar ini terutama meliputi belajar keterampilan motorik,
tetapi dapat juga meliputi belajar kognitif. Ciri khas kemampuan yang
diperoleh, terletak dalam otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang
terkoordinir satu sama lain. Keuntungan dari kemampuan yang sudah
menjadi otomatisme orang itu akan bisa mencurahkan perhatian pada aktivitas
lain, misalnya menyusun karangan sambil mengetik. Kelemahan dari pada
otomatisme adalah keterampilan baik motorik atau hafalan menjadi kaku dan tidak
fleksibel. Ada fase-fase yang harus dilalui dalam membentuk
otomatisme yaitu, fase kognitif yang artinya orang mengetahui macam-macam hal
mengenai keterampilan, fase latihan adalah orang akan berlatih untuk “mendarah
dagingkan” keterampilan itu. Dan fase otomatisme dimana seluruh rangkaian
gerak-gerik telah berlangsung dengan lancar.
b.
Belajar insidental
Belajar sesuatu
tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal itu, khususnya yang
bersifat pengetahuan fakta atau data. Telah ditekankan oleh De Corte, siswa
disekolah juga bisa mengalami belajar semacam itu, tanpa direncanakan oleh
guru, namun hasilnya sebagai efek sampingan pada belajar lain dapat
menguntungkan maupun menghambat bagi perkembangan siswa.
c.
Menghafal
Orang
menanamkan suatu materi verbal didalam ingatan, sehingga nanti dapat diproduksi
secara harfiah sesuai dengan yang asli. Ciri khas dari hasil belajar yang
diperoleh ialah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif. Pada waktu
reproduksi harafiah ternyata skema berperan sebagai tape videokaset yang hanya
dapat diputar dari depan ke belakang untuk bisa mendapat gambar yang jelas
gejala ini menunjuk otomatisme pada prestasi hafalan. Skema kognitif menjadi
syarat utama bagi keberhasilan menghafal. Namun ada syarat lain yang harus
dipenuhi yaitu mengulang-ulang kembali materi hafalan, sampai tertanam
sungguh-sungguh dalam ingatan (overlearning), lebih-lebih pada materi
yang tidak mengandung struktur yang jelas.
d.
Belajar pengetahuan
Bentuk belajar
ini adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian,
keadaan, benda-benda dan orang. Ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh
ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dengan kata-kata
sendiri, tidak perlu dirumuskan dalam bentuk aslinya. Van Parreren membedakan
antara pengetahuan yang fungsional dengan pengetahuan yang tersedia saja,
lebih-lebih bila pengetahuan itu menyangkut fakta yang diketahui dari
mempelajari dua bidang studi yang berlainan. Pembedaan itu hanya berkaitan dengan
cara informasi disimpan dalam ingatan.
Dalam
pengetahuan yang tersedia saja, informasi disimpan secara terpisah sedangkan
dalam pengetahuan fungsional, informasi yang baru diintegrasikan kedalam
pengetahuan yang sudah dimiliki misalnya informasi tentang fisika
diintegrasikan dengan ilmu bumi yang sudah dimiliki sebelumnya. Guru yang
mengaitkan materi pengetahuan dengan pengalaman hidup siswa dan menghubungkan
fakta baru dengan yang sudah diketahui, biarpun dalam bidang studi lain akan
sangat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan fungsional.
e.
Belajar arti kata-kata
Bentuk belajar
ini adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang
digunakan. Perlu disadari bahwa suatu pengertian (konsep) dapat
diperoleh lebih dahulu, kemudian diberi nama berupa kata.
f.
Belajar konsep (pengertian)
Dalam proses
belajar ini orang mangadakan abstraksi, yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi
benda, kejadian dan orang, hanya ditinjau dari aspek-aspek tertentu saja. Obyek
tidak ditinjau obyek detailnya tetapi aspek-aspek tertentu seolah diangkat dan
disendirikan. Misalnya pada bunga flamboyan, kembang sepatu, bunga anggrek,
bungan mawar, ditemukan sejumlah ciri yaitu “mekar, bertangkai, berbenang sari, dan
berputik”. Semua ciri
ditangkap dalam pengertian bunga dan dilambangkan dalam dalam bunga. Maka,
pengartian/konsep adalah suatu arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki
ciri - ciri yang sama. ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil
belajar pengertian ini ialah adanya skema konseptual. Skema konseptual ialah
suatu keseluruhan kognitif yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian.
g.
Belajar memecahkan problem melaluli pengamatan
Dalam belajar
ini, orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati
baik-baik. Pemecahan problem merupakan tujusn ysng harus dicapai, tetapi
tindakan yang harus diambil supaya problem terpecahkan belum diketahui.
Tindakan itu masih harus ditemukan, dengan mengadakan pengamatan yang teliti
dan reorganisasi terhadap unsure-unsur di dalam problem. Dari reorganisasi
melalui perubahan dalam pengamatan, lahirlah suatu pemahaman yang membawa ke
pemecahan problem.
h.
Belajar berpikir
Dalam belajar
ini, orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, namun
tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Problem harus
dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah
serta metode-metode bekerja tertentu.
i.
Belajar untuk belajar
Arti bentuk
belajar ini lebih luas dari pada bentuk-bentuk belajar yang dibahas sampai
sekarang dan mencakup banyak unsur dari bentuk-bentuk itu. Bentuk belajar ini
paling tampak jelas dalam belajar di sekolah, bila diamati perbedaan antara
siswa-siswa dalam kemajuan belajar. Seringkali ternyata, bahwa siswa-siswa
tertentu pad umumnya belajar lebih cepat serta lebih maju. Dengan demikian
perbedaan taraf inteligensi antara siswa dijadikan satu-satunya alasan untuk
menjelaskan perbedaan dalam hal kemajuan belajar. Biasanya siswa itu belajar
secara sistematik dan tidak bekerja secara impulsive, misalnya setelah membaca
kata-kata pertama dari suatu pertnyaan kemudian siswa mulai langsung menjawab
tanpa membaca bagian lain namun setelah hasil diperoleh siswa itu melakukan
refleksi bila hasilnya ternyata tidak sesuai atau tidak tepat maka diadakan
analisa terhadap kesalahan yang telah dibuat supaya lain kali tidak terulang
lagi.
j.
Belajar dinamik
Bentuk belajar
ini bersifat sangat kompleks, karena menyangkut lahirnya sumber-sumber energi
psikis, yang seolah-olah merupakan bahan bakar yang memberikan kekuatan dan
dorongan kepada orang untuk melakukan berbagai aktivitas diantaranya kegiatan
belajar, sumber-sumber energi psikis adalah kemauan, sikap, motiv dan perasaan.
Didalam belajar dinamik, dibentuk kemauan sikap, motif, dan modalitas perasaan,
yang semuanya mengambil bagian dalam pembentukan karakter. Dalam belajar ini
berperanlah unsure-unsur dari belajar kognitif dan belajar nonkognitif yang
sulit ditunjukkan satu persatu. Kompleksitas belajar ini bertambah rumit,
karena semua hasil belajar itu sebagian besar diperoleh bergaul dengan orang
lain.
KESIMPULAN
Belajar merupakan suatu aktifitas mental dan
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-peruhan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan
nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas. Namun tidak setiap perubahan merupakan akibat dari
belajar, melainkan akibat dari faktor lain seperti perubahan akibat kelelahan
fisik, perubahan akibat menggunakan obat, perubahan akibat penyakit parah atau
trauma fisik dan perubahan akibat pertumbuhan jasmani.
Terdapat beberapa jenis belajar yang
masing-masing memiliki ciri khas antara tokoh satu dan lainnya terdapat perbedaan
dalam sistematika jenis belajar walaupun jenis belajar tertentu selalu muncul
dalam susunan pembagian itu.
Ranah belajar menurut A. De. Block terbagi
menjadi tiga macam yaitu :
a.
Bentuk belajar menurut fungsi psikis
1) belajar dinamik : berkehendak,
berkemauan
2) belajar afektif : menghayati,
mengungkapkan perasaan
3) belajar kognitif : mengingat, berpikir
4) belajar sensi – motorik: mengamati,
bergerak, berketerampilan
b.
Bentuk belajar menurut materi yang
dipelajari
1) belajar teoritis
2) belajar teknis
3) belajar sosial / bermasyarakat
4) belajar estetis
c.
Bentuk belajar yang tidak disadari
1) belajar insidental
2) belajar dengan mencoba – coba
3) belajar tersembunyi
Masing – masing ranah belajar tersebut
mempunyai peran dan fungsi dalam proses pembelajaran. Antara bentuk belajar
satu dengan yang lain saling berkaitan Mengingat manusia adalah kesatuan
jasmani – mental yang terintegrasi, maka setiap ranah belajar mempunyai andil
dan peran dalam kehidupan.
Fungsi ranah atau keefektifan belajar sangat
tergantung pada tahap pembelajaran yang dijalani. Misalnya pendidikan pada
balita akan lebih efektif jika menggunakan bentuk belajar sensi – motorik,
karena menurut Piaget balita berada pada perkembangan kognitif sensori –
motorik. Tentunya ranah belajar tersebut akan kurang maksimal jika diterapkan
pada siswa menengah pertama ( SMP ), karena tahap perkembangan kognitifnya
telah memasuki tahap operasional konkret.
Selain memperhatikan tahap perkembangan, dalam
menentukan ranah belajar juga memperhatikan materi pelajaran yang akan
diberikan. Pelajaran atau pendidikan moral yang notabene lebih banyak
mempelajari nilai – nilai hidup, belajar afektif akan lebih
berperan, karena siswa akan lebih mampu menginternalisasi makna atau isi pelajaran
Ranah belajar menurut Van De Parererren terbagi
menjadi sepuluh ranah, yaitu :
1). Membentuk
otomatisme
2). Belajar
incidental
3). Menghafal
4). Belajar
pengetahuan
5). Belajar arti
kata – kata
6). Belajar konsep
( pengertian )
7). Belajar
memecahkan problem melalui pengamatan
8). Belajar
berpikir
9) Belajar untuk belajar
10) Belajar dinamik
Van Pererren membedakan antara aktifitas
kognitif dan non kognitif. Dalam aktifitas kognitif, prestasi diberikan
berdasarkan mengetahui, menimbang, memahami, berfikir, membandingkan,
memilih, dan lain sebagainya yang senuanya disertai kesadaran
tinggi. Misalnya menyebutkan deretan bilangan, membacakan syair yang telah
dihafal.
Adapun
aktifitas non kognitif pretasi belajar diberikan berdasarkan menggerakkan, mengangkat,
menurunkan, yang semuanya berlangsung dengan sendirinya ( secara ostomatis )
tanpa diserta kesadaran tinggi. Mengenai apa yang dilakukan dan menagapa
didesain seperti itu. Misalnya mendayung sepeda, menyalakan kompor, menendang
bola.
Maka, perbandingan
antara ranah belajarnya Van De Block dengan Van Parreren adalah:
·
De Block
o
Mencakup beberapa aspek psikis, yaitu aspek
kognitif, aspek afeksi, dan aspek psikomotorik.
o
Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang
dipelajari yaitu, belajar teoritis, belajar teknis, belajar bermasyarakat dan
belajar estetik
·
C. Van Parreren
o
Mencakup kognitif dan non kognitif
o
bentuk-bentuk belajar yang dikembangkan adalah,
belajar non kognitif, belajar kognitif dan campuran belajar kognitif dan
nonkognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta :
Gramedia
Syaiful Bahri
Djamarah, 2011. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Sumadi
Suryabrata, 1993 Psikologi
Pendidikan. Jakarta:
Rajagrafido Persada
Arief S.
Sadiman, (Dkk), 2011. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, Dan
Pemanfaatannya. Jakarta:
Pustekkom Dibud Dan Rajagrafidu Persada
Mulyoto, 2010. Perolehan
Dan Penerapan Pengetahuan Dalam Pembelajaran Matematika, Pdf
Adobe Reade.
http://riezdhika.blogspot.co.id/2011/04/ranah-belajar-de-block-van-de-parerren.html di akses pada 12 Oktober
2015
http://andrevalen28.blogspot.co.id/2012/03/tipe-tipe-dan-jenis-jenis-belajar-tipe.html di akses pada 12 Oktober
2015
http://sahlanazwar.blogspot.co.id/2013/04/defenisi-jenis-jenis-dan-teori-pokok.html di akses pada 15 Oktober 2015
Komentar
Posting Komentar